THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 31 Juli 2011

Sejarah Sanga-sanga


KALIMANTAN Timur (Kaltim) ternyata menyimpan banyak sejarah perlawanan rakyat terhadap kolonialisme. Diantara catatan sejarah perjuangan masyarakat Kaltim merebut kemerdekaan Indonesia adalah perlawanan rakyat Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara menggulingkan Pemerintahan Kolonial Belanda pada 27 Januari 1947. 
Peristiwa heroik yang lebih dikenal sebagai Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga mengusir kolonial dari Tanah Air itu merupakan peristiwa bersejarah yang hingga kini terus diperingati masyarakat Kaltim setiap 27 Januari. 
Ketika itu, tidak sedikit pengorbanan rakyat Sanga-Sanga mempertahankan harga diri bangsa ini. Jiwa dan harta dipertaruhkan untuk mempertahankan Sanga-Sanga dan sekitarnya dari cengkraman kolonialisme. Para pejuang yang saat itu tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) sadar bahwa kemerdekaan adalah hak azasi setiap bangsa yang harus dipertahankan dan direbut. 
Tugu Pahlawan Sanga Sanga : Prasasti perlawanan Heroik rakyat Kaltim
Tugu Pahlawan Sanga Sanga : Prasasti perlawanan Heroik rakyat Kaltim
Melawan dan bertahan hingga darah terakhir adalah harga mati dalam perjuangan Merah Putih, ketika itu. Tujuan terakhir, Indonesia merdeka. Perjuangan Merah Putih rakyat Sanga-Sanga adalah potret, betapa tidak relanya masyarakat lokal ketika itu harus terus dijajah. Penjajahan hanya akan melahirkan penderitaan rakyat. Hal ini sekaligus menegaskan, bahwa keinginan merdeka dari penindasan kolonial ternyata telah menjadi komitmen seluruh bangsa di nusantara ini. Termasuk peristiwa heroik rakyat Sanga-Sanga mengusir Belanda. 
Tercatat dalam sejarahnya, keinginan Belanda menguasai wilayah Sanga-Sanga memang tidak dapat dilepaskan dari kepentingan ekonomi yakni penguasaan minyak mentah dan gas alam. Sanga-Sanga yang merupakan bagian wilayah Kabupaten Kukar, dengan luas wilayah mencapai 233,4 kilometer persegi, memang terkenal dengan kandungan minyak bumi dan gas alam, yakni sejak minyak sumur Louise pertama berproduksi tahun 1897.  Karena itulah, Sanga-Sanga menjadi sumber ekonomi potensial bagi kolonial.

Sumur-sumur minyak pun dibangun untuk dieksploitasi. Dan kemudian kekayaan alam Sanga-Sanga tersebut diproduksi untuk kepentingan Pemerintah Belanda. Namun, rakyat Sanga-Sanga tidak menginginkan penjajahan dengan segala praktik penghisapan kekayaan alam terus terjadi. Perlawanan rakyat pun meletup. Para pembela Republik ini disadarkan, penghisapan, peminggiran, dan penjajahan dengan segala bentuknya harus dilawan. Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga adalah sejarah yang tidak cukup untuk sekadar dikenang bangsa Indonesia dan masyarakat Kaltim khususnya.
Dengan komitmen yang mantap membela Tanah Air, kemerdekaan dan harga diri bangsa, bukan tidak mungkin, dapat dipertahankan. Dan rakyat Sanga-Sanga telah membuktikan dalam sejarahnya: kemerdekaan harus diperjuangkan.